Perkembangan Masa Anak Sekolah
Perkembangan Masa Anak Sekolah
Setelah anak mencapai usia enam tahun atau tujuh tahun, perkembangan jasmani dan rohaninya mulai sempurna. Anak keluar dari lingkungan keluarga dan memasuki lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah dianggap lingkungan yang membawa pengaruh cukup besar terhadap perkembangan jasmani dan mental anak. Anak akan mengenal lebih banyak teman dalam lingkungan sosial yang lebih luas, sehingga peranan sosial anak semakin berkembang. Anak ingin mengetahui segala sesuatu di sekitarnya sehingga pengalaman anak semakin bertambah. Pengalaman-pengalaman baru akan membantu dan mempengaruhi kemampuan berfikir anak (Zulkifli, 2009).
1. Syarat-syarat masuk sekolah
Zulkifli (2009) memaparkan bahwa anak-anak yang berumur enam tahun atau tujuh tahun dianggap matang untuk belajar di sekolah dasar, jika:
a. Kondisi jasmani cukup sehat dan kuat untuk melakukan tugas di sekolah.
b. Ada keinginan belajar.
c. Fantasi tidak lagi leluasa atau liar.
d. Perkembangan perasaan sosial yang telah memadai.
Selain itu, masih ada beberapa syarat tambahan yang harus dipenuhi untuk mengikuti pelajaran, yaitu:
a. Fungsi-fungsi jiwa (daya ingatan, cara berfikir, daya pendengaran) harus sudah berkembang baik karena kematangan fungsi-fungsi tersebut diperlukan untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung.
b. Anak telah memperoleh cukup pengalaman dalam keluarga untuk dipergunakan sebagai dasar bagi pengajaran permulaan karena pengajaran berpangkal pada apa yang diketahui oleh anak-anak.
Kekurangan dari salah satu syarat tersebut akan menimbulkan beberapa kesukaran dan hambatan pada anak ketika mengikuti pelajaran di sekolah. Pada masa sekolah terdapat tiga bentuk kematangan yang dituntut dimiliki oleh seorang anak, yaitu:
a. Matang untuk mulai belajar menulis.
Menulis adalah cara untuk menyatakan pikiran dan perasaan dengan menggunakan tanda-tanda tulis. Oleh karena itu, seorang anak memiliki persyaratan berikut:
1) Memiliki perbendaharaan bahasa secukupnya.
2) Perkembangan motorik yang memadai.
b. Matang untuk mulai belajar membaca.
Kemampuan membaca dan menulis termasuk keterampilan yang harus dipelajari dengan sengaja. Tidak sama halnya dengan belajar berbicara. Kemampuan mendengarkan dan berbicara termasuk kemampuan yang diperoleh dengan sewajarnya, artinya anak mempelajari fungsi tersebut dengan sendirinya. Anak dikatakan matang untuk mulai belajar membaca jika memiliki persyaratan berikut:
1) Anak mampu menangka perkataan orang lain.
2) Anak mampu mengungkapkan isi hatinya.
3) Anak menguasai teknik berbicara sekadarnya.
4) Anak mengerti bahwa coret-coretan dan gambar itu memiliki arti bunyi tertentu.
c. Matang untuk mulai belajar berhitung.
Pada umumnya anak yang berumur enam tahun itu belum dapat berhitung dengan konsep abstrak. Oleh karne itu, guru dituntut untuk menyajikan pembelajaran berhitung dengan mempergunakan benda-benda konkrit sebagai contohnya. Kelak konsep berhitung konkrit yang sederhana telah dikuasai dengan baik akan membantu anak nantinya dalam mempelajari konsep berhitung abstrak.
2. Perkembangan pengamatan
Pada masa anak sekolah, anak-anak masih kurang memperhatikan bentuk yang digambarnya dan anak-anak juga belum mengamati sebuah benda dengan detail. Anak masih cenderung melihat sebuah objek atau benda secara keseluruhan. Hal tersebut sesuai dengan konsep gestalt, di mana individu akan melakukan pengamatan terlebih dahulu secara keseluruhan baru kemudian memperhatikan bagian-bagiannya. Proses pengamatan yang dimulai dari gestalt menuju ke struktur meliputi proses perkembangan yang dimulai dari masa kanak-kanak sampai dengan masa dewasa.
3. Perkembangan berfikir/kognitif
Umumnya, pikiran individu berkembang secara berangsur-angsur sampai anak mencapai usia delapan tahun sampai dengan 12 tahun, ingatan anak semakin kuat. Biasanya anak melakukan proses menghafal yang banyak dan mengalami proses belajar yang berkesinambungan. Pada masa belajar ini anak menambah pengetahuannya, kemampuannya, dan mencapai kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Anak tidak lagi bersifat egosentris, artinya anak tidak lagi memandang diri sendiri sebagai pusat perhatian lingkungannya. Anak mulai memperhatikan keadaan di sekelilingnya dengan objektif. Rasa ingin tahu anak yang begitu besar mendorong anak untuk menyelidiki segala sesuatu yang ada di lingkungannya. Minat anak pada masa ini tertuju pada benda-benda bergerak. Anak yang sehat secara fisik akan seuka bergerak, selalu giat, dan berbuat sesuatu. Hal-hal yang mengarah ke suatu aktivitas sangat menarik perhatian anak.
4. Perkembangan perasaan/emosi
Anak-anak memiliki perasaan yang kuat pengaruhnya dibandingkan dengan perasaan orang dewasa. Akan tetapi pengaruh tersebut lebih rendah dibandingkan perasaan anak kecil. Anak sekolah lekas merasa puas. Tampaknya anak selalu gembira, jarang bahkan tidak pernah menyesali perbuatannya.
5. Perkembangan sosial
Bila anak mulai bersekolah, anak menyambut kenalan-kenalan baru dengan rasa gembira. Semua murid yang ada di kelas adalah temannya. Kemudian anak akan membentuk kelompok-kelompok tersendiri, di mana setiap anak menggabungkan diri ke dalam salah satu kelompok. Makin lama anak makin banyak memegang peranan individual dalam kelompoknya (Zulkifli, 2009). Kondisi tersebut juga dipaparkan oleh Desmita (2013) yang mengatakan bahwa pada masa sekolah anak memiliki peran penting dalam sebuah kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya mampu menghadirkan berbagai pengalaman yang menyenangkan bagi anak dan kondisi tersebut membantu anak untuk menjadi pribadi yang memiliki kemampuan sosial yang memadai.
Zulkifli (2009) juga memaparkan bahwa bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya merupakan tugas perkembangan sosial anak untuk memperoleh nilai-nilai sosial. Hendaknya, sekolah mewadahi anak secara eksplisit untuk mendapatkan pemahaman mengenai kemampuan sosial yang demokratis. Hal tersebut menginsyaratkan bahwa seorang guru memegang peranan untuk memahami kehidupan sosial di kalangan anak asuhnya, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat luas.
Deliana (2009) menambahkan bahwa penyesuaian diri yang rendah terhadap lingkungan dan orang lain disebabkan pemahaman dan keterampilan sosial yang dimiliki anak relatif masih kurang. Pada anak usia sekolah, penyesuaian diri dituntut dapat dilakukan di lingkungan rumah dan sekolah. Di sekolah pun tidak jarang anak mengalami kesulitan dan hambatan menyesuaikan diri. Anak yang tidak mampu menyesuiakan diri membuat anak merasa terasingkan dan tidak menikmati proses belajar yang bersifat kelompok. Anak yang memiliki penyesuaian diri yang rendah akan menarik diri dari lingkungan. Kondisi tersebut terjadi karena anak merasa tidak mampu mengadakan hubungan emosional yang dekat dengan orang lain. Gejala yang tampak adalah pemalu, tidak mau bergaul dengan teman yang lain, pasif, hanya melihat teman bermain, atau perilaku anak yang melakukan kekerasan pada temannya atau sebaliknya.
Hurlock (1978) juga menambahkan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Individu yang mampu bersosialisasi dengan baik memerlukan tiga proses yaitu belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan perkembangan sikap sosial. Masing-masing proses berbeda dan terpisah satu sama lain, tetapi saling berkaitan sehingga kegagalan suatu proses akan menurunkan kadar sosialisasi.
Wiyani (2014) memaparkan bahwa perkembangan sosial anak usia 6 tahun yang memadai ditandai dengan sikap kooperatif yang dimiliki oleh anak terhadap teman sebaya, memiliki sikap toleran, mengekspresikan emosi dalam berbagai situasi, memahami peraturan dan disiplin, memahami peraturan dan disiplin, mengenal tata krama dan sapan santun sesuai dengan norma yang berlaku tempat anak berada.
6. Perkembangan minat
Masa sekolah adalah masa yang sangat baik untuk pembentukan minat. Anak usia sekolah suka dan rela tunduk kepada sosok yang lebih dewasa, kuat, dan tegas. Anak sudah pandai memberik kritikan walaupun bersifat sederhana. Pada dasarnya anak usia sekolah menunjukkan tanda-tanda bahwa dirinya menaruh perhatian terhadap dunia luar, selalu aktif dalam kegiatan lingkungan, namun suka bertanya-tanya karena perhatiannya sangat tajam.
No comments for "Perkembangan Masa Anak Sekolah"
Post a Comment