Teori Psikologi: Kematangan Karir
Teori Psikologi: Kematangan Karir
Super (Hami, 2006) menyatakan bahwa karir sebagai jalannya peristiwa-peristiwa kehidupan, tahapan-tahapan pekerjaan dan peranan kehidupan lainnya yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang pada pekerjaan dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya. Super membuat tahapan-tahapan perkembangan karir yang dicirikan dengan tugas-tugas yang spesifik pada masing-masing tahapan perkembangan karir tersebut. Super pun membuat suatu inventori yang bisa mengukur sejauh mana tugas-tugas perkembangan karir yang sudah dilalui sesuai dengan karakteristik perkembangan karir yang diharapkan pada usia tertentu yang diistilahkan dengan kematangan karir.
Karir sebagai perspsi orang mengenai ururtan sikap dan perilaku yang berhubungan dengan pengalaman dan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan sepanjang hidup orang tersebut .Pengertian tersebut juga menekankan bahwa karir terdiri dari sikap dan perilaku yang merupakan suatu urutan yang berjalan terus-menerus dari kegiatan yang berhibungan dengan pekerjaan. Selanjutnya dengan memandang kematangan karir sebagai suatu aspek dari teori perkembangan karir, maka kematangan karir ini akan mencakup beberapa hasil perkembangan yang penting dari individu (Brown, 2005)
Kematangan karir menurut Corbishly (Aji, 2009) adalah keberhasilan individu untuk menyesuaikan dan membuat keputusan karir yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan karirnya disebut kematangan karir.
Super (Gysbers, 2008) menyatakan bahwa dalam setiap teori mengenai karir memandang bahwa masyarakat dan karir (pekerjaan) akan mengalami perkembangan, sehingga suatu keputusan karir seseorang cenderung merupakan suatu rangkaian keputusan awal dengan tingkat kepentingan yang berbeda. Kematangan dalam hal ini tidak dimaksudkan untuk menggambar proses perkembangan. Tapi suatu hasil yang lain seperti pencapaian karir dan kepuasan karir. Oleh karena itu dalam pendidikan karir dan bimbingan karir, hal ini harus mengikuti dan melakukan keputusan awal tersebut yang memungkinkan pembuatan keputusan maxi (maxi decicion) yang fleksibel.
Selanjutnya Walsh (2009) menyatakan kematangan karir adalah kesiapan individu untuk menangani tugas-tugas perkembangan pada tiap tahap kehidupan, membuat keputusan karir dan menuju peran orang dewasa yang sehat. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Crites (Wals, 2009) yang menyebutkan bahwa kematangan karir sebagai kematangan tingkah laku vokasional individu sebagaimana ditunjukkan dengan kesesuaiannya dengan tingkah laku individu yang lebih tua dalam tahapan kehidupan vokasionalnya.
Tiedeman dan Miller-Tiedeman (Wals, 2009) dalam konsep pembuatan keputusan menjelaskan bahwa hal yang mungkin terjadi bahwa para pelajar setelah membuat keputusan untuk pertama kali dan setelah mengalami konsekuanseinya, mereka akan kembali kelangkah kristalisasi (mengumpulkan dan mengorganisasikan keputusan), menggunakannya secara berhati-hati dan kemudian membuat pilihan kedua. Jika hal ini tidak dapat dilakukan maka mungkin siswa akan kembali ke langkah kristalisai sekali lagi dan kemudian berlanjut ke langkah klarifikasi sebelum membuat keputusan akhir. Hal ini memerlukan waktu dan usaha yang lebih banyak serta proses yang lambat, akan tetapi hasilnya lebih memuaskan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kematangan karir adalah kesiapan mahasiswa dalam tingkat perkembangannya untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan menyangkut arah karirnya dalam proses pembelajarannya di sekolah dan menyangkut kelanjutan studinya setelah lulus dari sekolah meruoakan bentuk kematangan karir seorang siswa di jenjang sekolah menengah.
Aspek-Aspek dalam Kematangan Karir
Super (Savickas, 2001) menjelaskan beberapa aspek yang dapat dilakukan dalam pengukuran terhadap tingkat kematangan karir mahasiswa mengenai perkembangan karir, yaitu:
a. Perencanaan yang Sistematis
Perencanaan karir sebagai proses pribadi dari proses perencanaan kerja seseorang. Hal ini termasuk mengevaluasi kemampuan dan minat, mempertimbangkan kesempatan karir alternatif, menentukan tujuan karir, dan merencanakan aktivitas pengembangan praktis. Storey mendefinisikan perencanaan karir sebagai proses bebas untuk; (1) menjadi sadar akan diri sendiri, kesempatan, hambatan, plihan dan konsekuansinya dan untuk (2) mengidentifikasi tujuan yang berkaitan dengan karir dan untuk (3) memprogram kerja, pendidikan dan pengalaman pengembangan yang berkaitan untuk menentukan arah, waktu, dan urutan tahap-tahap pencapaian tujuan tertentu.
b. Sikap Pengembangan
Fokusnya adalah pada tahap kehidupan dan masalah-masalah yang berkaitan dengan karir dan hal-hal yang terjadi pada tahap-tahap yang berbeda, yakni lebih kepada proses pencapaiaanya bukan kepada isi pengembangan karir, artinya melihat konsep karir dengan lebih luas mencakup pola kehidupan pekerjaan dan bukan pada pekerjaan yang sedang muncul. Sikap pengembangan mencakup pengetahuan dan hal-hal yang menyangkut usaha dalam mengikuti pelatihan atau pendidikan pengembangan.
c. Kemampuan Membuat Keputusan
Pembuatan keputusan oleh seseorang sangat dipengaruhi dengan personalitas, nilai-nilai dan minat karena apa yang dilakukan oleh seseorang lebih dari sekadar kemampuan dan bakat semata. Keputusan yang dimaksud misalnya melanjutkan perguruan tinggi atau kalau bekerja, memilih pekerjaan montir mobil daripada pramuniaga, atau menunda pernikahan untuk menyelesaikan pendidikan. Individu mengetahui apa saja yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan pendidikan dan karir, kemudian membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan.
d. Kompetensi Informasional
Kemampuan untuk menggunakan informasi tentang karir yang dimiliki untuk dirinya, serta mulai mengkristalisasikan pilihan pada bidang dan tingkat pekerjaan tertentu. Selain itu individu secara aktif menggunakan informasi mengenai dunia kerja umumnya dan untuk memilih salah satu bidang pekerjaan khususnya. Pemberian informasi dengan tujuan penjajakan dan dilakukan sebagai kegiatan lepas, artinya tidak terkait dengan cita-cita karir tertentu atau dengan suatu masalah pilihan karir tertentu, karena informasi akan jelas jika diguanakan sebagai bahan pengambilan keputusan akan mendatangkan hasil yang lebih optmal untuk mencapai efektivitas dalam pencapaian tujuan karir pribadi. Adapun hal-hal yang terkait di dalamnya yaitu:
1) Dunia Kerja, menyangkut kegiatan membaca sumber-sumber informasi dunia kerja, bertukar pikiran dengan orang lain, ataupun kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan paruh waktu.
2) Pilihan Jenis Karir, yakni mengenai pengetahuan tentang berbagai pekerjaan yang diminati. Hal ini berguna sebagai alternative dalam menentukan pilihan-pilihan karir yang mungkin.
3) Peran Karir dalam Kehidupan yang Lain yaitu jika lingkungan menganggap bahwa peran kerja harus lebih penting maka kebutuhan akan munculnya karir akan sangat diperlukan, artinya tingkat kebutuhan akan penting atau tidaknya peran kerja bagi diri individu dalam kehidupannya.
e. Realisme
Menurut Tiedeman dan Tiedeman-Miller terdapat aspek mengenai kognisi berupa kesadaran akan realitas yang dapat dipilih dan diikuti. Kesadaran ini dapat menjadi pertimbangan bagi individu menentukan pilihan. Realitas ini terdiri atas dua bagian, yaitu:
1) Realitas pribadi yaitu pemikiran yang diciptakan individu sendiri terhadap keyakinannya akan sesuatu hal yang berupa tindakan, pikiran, tingkah laku ataupun arah yang dirasakannya cepat.
2) Realitas umum adalah apa yang dikatakan oleh kebanyakan orang dan dipercaya luas tentang yang seharusnya seseorang lakukan, misalnya pendidikan yang baik bisa menjamin pekerjaan yang baik.
Super (Hami, 2006) menyatakan bahwa karir sebagai jalannya peristiwa-peristiwa kehidupan, tahapan-tahapan pekerjaan dan peranan kehidupan lainnya yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang pada pekerjaan dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya. Super membuat tahapan-tahapan perkembangan karir yang dicirikan dengan tugas-tugas yang spesifik pada masing-masing tahapan perkembangan karir tersebut. Super pun membuat suatu inventori yang bisa mengukur sejauh mana tugas-tugas perkembangan karir yang sudah dilalui sesuai dengan karakteristik perkembangan karir yang diharapkan pada usia tertentu yang diistilahkan dengan kematangan karir.
Karir sebagai perspsi orang mengenai ururtan sikap dan perilaku yang berhubungan dengan pengalaman dan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan sepanjang hidup orang tersebut .Pengertian tersebut juga menekankan bahwa karir terdiri dari sikap dan perilaku yang merupakan suatu urutan yang berjalan terus-menerus dari kegiatan yang berhibungan dengan pekerjaan. Selanjutnya dengan memandang kematangan karir sebagai suatu aspek dari teori perkembangan karir, maka kematangan karir ini akan mencakup beberapa hasil perkembangan yang penting dari individu (Brown, 2005)
Kematangan karir menurut Corbishly (Aji, 2009) adalah keberhasilan individu untuk menyesuaikan dan membuat keputusan karir yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan karirnya disebut kematangan karir.
Super (Gysbers, 2008) menyatakan bahwa dalam setiap teori mengenai karir memandang bahwa masyarakat dan karir (pekerjaan) akan mengalami perkembangan, sehingga suatu keputusan karir seseorang cenderung merupakan suatu rangkaian keputusan awal dengan tingkat kepentingan yang berbeda. Kematangan dalam hal ini tidak dimaksudkan untuk menggambar proses perkembangan. Tapi suatu hasil yang lain seperti pencapaian karir dan kepuasan karir. Oleh karena itu dalam pendidikan karir dan bimbingan karir, hal ini harus mengikuti dan melakukan keputusan awal tersebut yang memungkinkan pembuatan keputusan maxi (maxi decicion) yang fleksibel.
Selanjutnya Walsh (2009) menyatakan kematangan karir adalah kesiapan individu untuk menangani tugas-tugas perkembangan pada tiap tahap kehidupan, membuat keputusan karir dan menuju peran orang dewasa yang sehat. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Crites (Wals, 2009) yang menyebutkan bahwa kematangan karir sebagai kematangan tingkah laku vokasional individu sebagaimana ditunjukkan dengan kesesuaiannya dengan tingkah laku individu yang lebih tua dalam tahapan kehidupan vokasionalnya.
Tiedeman dan Miller-Tiedeman (Wals, 2009) dalam konsep pembuatan keputusan menjelaskan bahwa hal yang mungkin terjadi bahwa para pelajar setelah membuat keputusan untuk pertama kali dan setelah mengalami konsekuanseinya, mereka akan kembali kelangkah kristalisasi (mengumpulkan dan mengorganisasikan keputusan), menggunakannya secara berhati-hati dan kemudian membuat pilihan kedua. Jika hal ini tidak dapat dilakukan maka mungkin siswa akan kembali ke langkah kristalisai sekali lagi dan kemudian berlanjut ke langkah klarifikasi sebelum membuat keputusan akhir. Hal ini memerlukan waktu dan usaha yang lebih banyak serta proses yang lambat, akan tetapi hasilnya lebih memuaskan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kematangan karir adalah kesiapan mahasiswa dalam tingkat perkembangannya untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan menyangkut arah karirnya dalam proses pembelajarannya di sekolah dan menyangkut kelanjutan studinya setelah lulus dari sekolah meruoakan bentuk kematangan karir seorang siswa di jenjang sekolah menengah.
Aspek-Aspek dalam Kematangan Karir
Super (Savickas, 2001) menjelaskan beberapa aspek yang dapat dilakukan dalam pengukuran terhadap tingkat kematangan karir mahasiswa mengenai perkembangan karir, yaitu:
a. Perencanaan yang Sistematis
Perencanaan karir sebagai proses pribadi dari proses perencanaan kerja seseorang. Hal ini termasuk mengevaluasi kemampuan dan minat, mempertimbangkan kesempatan karir alternatif, menentukan tujuan karir, dan merencanakan aktivitas pengembangan praktis. Storey mendefinisikan perencanaan karir sebagai proses bebas untuk; (1) menjadi sadar akan diri sendiri, kesempatan, hambatan, plihan dan konsekuansinya dan untuk (2) mengidentifikasi tujuan yang berkaitan dengan karir dan untuk (3) memprogram kerja, pendidikan dan pengalaman pengembangan yang berkaitan untuk menentukan arah, waktu, dan urutan tahap-tahap pencapaian tujuan tertentu.
b. Sikap Pengembangan
Fokusnya adalah pada tahap kehidupan dan masalah-masalah yang berkaitan dengan karir dan hal-hal yang terjadi pada tahap-tahap yang berbeda, yakni lebih kepada proses pencapaiaanya bukan kepada isi pengembangan karir, artinya melihat konsep karir dengan lebih luas mencakup pola kehidupan pekerjaan dan bukan pada pekerjaan yang sedang muncul. Sikap pengembangan mencakup pengetahuan dan hal-hal yang menyangkut usaha dalam mengikuti pelatihan atau pendidikan pengembangan.
c. Kemampuan Membuat Keputusan
Pembuatan keputusan oleh seseorang sangat dipengaruhi dengan personalitas, nilai-nilai dan minat karena apa yang dilakukan oleh seseorang lebih dari sekadar kemampuan dan bakat semata. Keputusan yang dimaksud misalnya melanjutkan perguruan tinggi atau kalau bekerja, memilih pekerjaan montir mobil daripada pramuniaga, atau menunda pernikahan untuk menyelesaikan pendidikan. Individu mengetahui apa saja yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan pendidikan dan karir, kemudian membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan.
d. Kompetensi Informasional
Kemampuan untuk menggunakan informasi tentang karir yang dimiliki untuk dirinya, serta mulai mengkristalisasikan pilihan pada bidang dan tingkat pekerjaan tertentu. Selain itu individu secara aktif menggunakan informasi mengenai dunia kerja umumnya dan untuk memilih salah satu bidang pekerjaan khususnya. Pemberian informasi dengan tujuan penjajakan dan dilakukan sebagai kegiatan lepas, artinya tidak terkait dengan cita-cita karir tertentu atau dengan suatu masalah pilihan karir tertentu, karena informasi akan jelas jika diguanakan sebagai bahan pengambilan keputusan akan mendatangkan hasil yang lebih optmal untuk mencapai efektivitas dalam pencapaian tujuan karir pribadi. Adapun hal-hal yang terkait di dalamnya yaitu:
1) Dunia Kerja, menyangkut kegiatan membaca sumber-sumber informasi dunia kerja, bertukar pikiran dengan orang lain, ataupun kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan paruh waktu.
2) Pilihan Jenis Karir, yakni mengenai pengetahuan tentang berbagai pekerjaan yang diminati. Hal ini berguna sebagai alternative dalam menentukan pilihan-pilihan karir yang mungkin.
3) Peran Karir dalam Kehidupan yang Lain yaitu jika lingkungan menganggap bahwa peran kerja harus lebih penting maka kebutuhan akan munculnya karir akan sangat diperlukan, artinya tingkat kebutuhan akan penting atau tidaknya peran kerja bagi diri individu dalam kehidupannya.
e. Realisme
Menurut Tiedeman dan Tiedeman-Miller terdapat aspek mengenai kognisi berupa kesadaran akan realitas yang dapat dipilih dan diikuti. Kesadaran ini dapat menjadi pertimbangan bagi individu menentukan pilihan. Realitas ini terdiri atas dua bagian, yaitu:
1) Realitas pribadi yaitu pemikiran yang diciptakan individu sendiri terhadap keyakinannya akan sesuatu hal yang berupa tindakan, pikiran, tingkah laku ataupun arah yang dirasakannya cepat.
2) Realitas umum adalah apa yang dikatakan oleh kebanyakan orang dan dipercaya luas tentang yang seharusnya seseorang lakukan, misalnya pendidikan yang baik bisa menjamin pekerjaan yang baik.
No comments for "Teori Psikologi: Kematangan Karir"
Post a Comment