Konsep Pendekatan Konseling
PENGANTAR
Konseling memiliki makna yang luas dan beragam. Namun, apa saja makna konseling dan apa yang melatarbelakanginya, sering kali sulit untuk dipahami dan dicari dalam literatur. Sebab, banyak penulis lebih senang membahas tentang teori-teori konseling dan pendekatan-pendekatannya. Pembahasan berikut ini merupakan dikutip dari buku yang berjudul : Psychology Counseling: Perspectives and Functions, karya Gerald L. Stone tahun 1985, dimana kajian psikologi konseling dapat diurutkan pembahasannya yang meliputi : membimbing, menyembuhkan, memfasilitasi, memodifikasi, merestrukturisasi, mengembangkan, mempengaruhi, mengkomunikasikan, dan mengorganisasikan. Masing-masing dibahas berdasarkan perspektif latar belakang historis dan pendekatannya berdasar atas fungsi konseling.
F. Pengembangan (developing)
Salah satu karakteristik yang membedakan psikologi konseling dengan profesi klinis yang lain adalah kepeduliannya terhadap perkembangan manusia, khususnya berkenaan dengan karir. Sementara itu beberapa perspektif model bantuan modern lebih menekankan kepada tindakan saat ini dan di sini, tetapi bagaimana menguji prilaku tersebut berbeda dari satu waktu ke waktu lainnya, maka hal tersebut berkenaan dengan pandangan tentang perkembangan yang berlangsung sepanjang waktu sebagai hasil interaksi antara faktor internal (pribadi) dengan faktor eksternal (lingkungan), serta perubahan struktural yang terjadi. Dimana dalam perspektif perkembangan diasumsikan bahwa individu akan tumbuh efektif melalui interaksi yang sehat antara pertumbuhan diri dengan lingkungan. Interaksi ini berbeda dalam tipe, kecepatan, dan arah perkembangannya, tergantung kepada fungsi.
1. Latar Belakang Historis
Dalam konseling, tiga pendekatan terhadap perkembangan telah digunakan, yaitu rentang hidup (Buehler, 1933), identitas ego (Erikson (1950/1963), dan perkembangan kognitif (Harvey, Hunt, dan Schoder, 1961, dan banyak lagi). Pendekatan rentang hidup telah digunakan oleh Super dalam teori perkembangan karir, sedang dua pendekatan terakhir telah digunakan baik dalam perkembangan karir, supervisi, dan perkembangan siswa.
Model perkembangan kognitif telah dipahami secara kolektif sebagai suatu cognitive developmentalism, suatu pendekatan yang tidak hanya menggunakan teori tunggal tetapi memasukkan beberapa model perkembangan, guna memberikan penjelasan tentang perkembangan kepribadian dan tahapan perkembangan. Pendekatan tahapan perkembangan menyatakan tentang urutan perkembangan, yang dijelaskan berdasar atas perbedaan-perbedaan secara kualitatif dari aktivitas kognitif. Masing-masing tahap menempel, tergabung, dan menjelma dalam tahapan sebelumnya dan bersiap-siap untuk satu tahapan berikutnya, dalam suatu organisasi hirarkhis. Secara umum, tahapan kognitif yang lebih tinggi ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat deferensiasi dan kompleksitas serta penurunan tingkat egosentrisitas dan dalam kategori berpikir.
Melalui perkembangan kognitif, konseling perkembangan telah memperoleh model-model dalam proses perkembangan berpikir dan pengaruhnya terhadap aspek kepribadian, sehingga dapat digunakan konselor untuk menghubungkan antara status perkembangan klien terhadap proses konseling.
2. Pendekatan
a. Orientasi
Hunt (1971) dalam model kecocokan tingkat konseptual, menjelaskan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara pribdai dan lingkungan dan variabel pribadi merupakan refleksi dari perkembangan kompelskitas kognitif dan hubungan interpersonal. Sedangkan meningkatnya tahapan perkembangan ditandai dengan meningkatnya hubungan interpersonal dan kefektivannya dalam pemrosesan informasi. Kecocokan bagi perkembangan adalah penemuan lingkungan yang tepat guna maju ke tahapan perkembnagan berikutnya.
Walaupun teori di atas dapat membantu dalam mentrukturkan proses konseling sehingga cocok dengan kebutuhan klien, namun hal ini tidak membantu dalam pemilihan isi, dikarenakan tidak dijelaskannya tugas-tugas yang harus diberikan dalam membantu klien mencapai tujuannya.
Sedangkan sumber utama yang menjelaskan isi perkembangan adalah Erikson tentang identitas ego sebagai tahapan umum tentang perkembangan kepribadian, dimana setiap tahapan merepresentasikan kematangan perkembangan (yang berkenaan dengan kompetensi, kesadaraan emosional, otonomi, identitas teoritikal, toleransi, ketekunan, dan integritas). Dengan demikian dalam menemukan kecocokan, tema-tema ini dapat digunakan dalam menstrukturkan proses konseling. Dalam setiap perkembangan seseorang juga dihadapkan pada krisis, dan untuk dapat maju dalam pola-pola yang adaptif seseorang harus mengatasi krisis tersebut secara adekuat.
b. Pembukaan
Seperti konselor dalam perspektif yang lain, dalam perspektif perkembangan konselor juga menekankan pentingnya relasi yang membantu dan pengaruh faktor sosial dalam konseling. Namun, konselor perkembangan juga menekankan sifat perkembangan itu sendiri. Relasi terapeutik bukanlah peristiwa, tetapi suatu proses dan berlangsung sepanjang konseling. Dalam dalam keseluruhan proses tidak melalui proses yang sama, karena beberapa relasi tidak akan pernah berkembang sepenuhnya.
Sama dengan kebanyakan relasi yang lain, pada tahap awal, difokuskan kepada pengembangan kepercayaan, sikap-sikap yang memebri kemudahan, serta penggunaan pendekatan-pendekatan suportif. Konselor harus sensitif terhadap perkembangan klien. Hal ini dibutuhkan dalam rangka menstrstukturkan pengalaman (misal dengan menggunakan pengaruh-pengaruh sosial) dan otonominya (misal mendorong klien untuk menceriterakan dan mengeksplorasi dirinya sendiri).
Sedangkan pada fase pertengahan (asesmen dan intervensi) konselor secaraa meningkat harus sensitif terhadap tema-tema perkembangan dan status perkembangan klien, sehingga dapat dipahami problem yang sebenarnya, dan melalui pengembangan relasinya diharapkan mampu membantu klien dalam belajar tentang kebutuhan-kebutuhan dirinya untuk hidup dalam lingkungan yang nyaman.
c. Konseptualisasi
Konselor perkembangan harus memandang permasalahan klien sebagai pengalaman-pengalaman psikologis dalam hubungannya dengan tugas-tugas perkembangan yang tidak terselesiakan, lebih dari pada sebagai patologi. Pandangan ini merupakan perbedaan utama antara psikolog konseling dengan psikolog klinis.
Untuk kepentingan asesmen, konselor dapat menggunakan beberapa metode, baik melalui metode asesmen formal (seperti : melengkapai kalimat atau melengkapi paragraf) ataupun melalui metode asesmen formal.
d. Intervensi
Kebanyakan teori perkembangan kognitif lebih bersifat deskriptif dari pada preskriptif, sehingga sering memunculkan kesulitan dalam bergerak dari teori ke intervensi. Namun, kebanyakan apalikasi perkembangan telah dilakukan melalui bentuk-bentuk pengajaran. Sedangkan sifat umum dari aplikasi perkembangan terhadap pengajaran, memerlukan pendekatan yang berbeda dalam mendeskripsikan intervensi, meliputi : (1) fokus kepada kelompok, dan (2) tidak menggunakan pendekatan tunggal serta disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan klien.
e. Evaluasi
Penerapan riset dalam psikologi dan pendidikan telah memunculkan dua problem utama, yaitu seleksi dan evaluasi. Isu seleksi diteliti sebagai prediktor keberhasilan tindakan, sedangkan evaluasi mengukur keefektivan metode alternatif melalui prosedur-prosedur eksperimental. Berkaitan dengan ini, isu utama dalam evaluasi adalah kesesuaian optimal antara klien dan tritmen, dengan penekanan kepada interaksi sesorang dengan lingkungan yang sering disebut sebagai sikap/interaksi pengajaran tritmen (aptitude/instructional treatmen interactions), atau pengukuran pengaruh model berdasar konteks atau karakteristik individual.
f. Pengembangan profesional
Perkembangan adalah konsep utama dalam latihan profesional dan supervisi, dan diasumsikan bahwa psikolog konseling berkembang melalui tahapan kualitatif yang jalas dan membutuhkan suatu perubahan lingkungan selama mereka belajar untuk magang dalam rangka menuju ke arag keberfungsian yang lebih tinggi. Atas dasar ini pengembangan profesi yang disarankan, yaitu program-program pelatihan melalui pemagangan, sehingga trainee dapat berkembang dari sifat dependen kepada independen dan dari kemampuan menangani masalah yang sederhana ke yang kompleks. Tahapan tersebut menutut Terry dan Hunt meliputi tiga tahap, yaitu : (1) dualism, yyang dicirikan dengan ketergantungan dan berpikir kategorikal, (2) relativism, yaitu terbukanya kemampuan berpikir yang fleksibel, tetapi dibanjiri oleh pilihan-pilihan, dan (3) komitmen, yaitu kemampuan untuk berfungsi secara independen dan mampu mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber yang beragam, sehingga memungkinkan untuk dapat membuat keputusan pribadi.
No comments for "Konsep Pendekatan Konseling"
Post a Comment